Merekalah "Sang Guru Besar"
HometheWagiaArtikel

Merekalah "Sang Guru Besar"

1.  Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie "Sang Maha Guru" Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie lahir di Demak,10 April ...



1.  Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie "Sang Maha Guru"


Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie lahir di Demak,10 April 1875 – meninggal di Jombang, Jawa Timur, pada 25 Juli 1947 dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang. Beliua merupakan adalah salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia.

Perjuangannya diawali pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, K.H. Hasjim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebu Ireng, yang saat ini menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa, terutama di Jawa Timur. Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia terkenal dengan sebutan "Hadratus Syeikh" yang berarti Maha Guru. Ini karena pada tahun 1926, beliiau menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.


2. Ki Hadjar Dewantara


Sebelumnya Ki Hajar Dewantara ini bernama lengkap Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang di panggil dengan Soewardi, kelahiran Yogyakarta, 2 Mei 1889 dan meninggal pada 26 April 1959 di Jogja. Sejak tahun 1922, namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara atau KHD.

Beliau ini berasal dari lingkungan keluarga Kadipaten Pakualaman, putra dari GPH Soerjaningrat, dan cucu dari Pakualam III. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.

Salah satu tulisan terkenalnya berjudul "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".

KHD merupakan pendiri Perguruan Taman Siswa yang merupakan lembaga pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia ketika masa penjajahan Belanda. Semboyannya yang paling terkenal adalah "Tut Wuri Handayani". Semoboyan ini kemudian menjadi slogan Kementrian Pendidikan Nasional Indonesia hingga saat ini.


3. Kyai Haji Ahmad Dahlan



Nama lahirnya adalah Muhammad Darwis, lahir di Jogja pada 1 Agustus 1868 dan meninggal pada umur 54 tahun. KH. Ahmad Dahlan merupakan putra ke-4 dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.

Ketika berumur 15 tahun, beliau pergi haji dan menetap di Mekah selama kkurun waktu 5 tahun. pada waktu itulah beliau berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Sepulang dari Mekah ini, dirinya merubah namanya menjadi Ahmad Dahlan.

Pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadyah di kampun gKauman, Yogyakarta. Beliau ini menikah dengan Siti Walidah, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil. Istrinya ini dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan pendiri Aisyiyah.

Berdirinya organisasi Muhammadiyah ini sendiri bertujuan untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits.

Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 November 1912. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya.

Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.

KH. Ahmad Dahlan ini juga  dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat.


4. Raden Adjeng Kartini


RA. Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 dan meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904. Meninggal di usia muda membuat beliau ini dikenang. Telebih beliau merupakan wanita dengan gagasan yang sangat nasionalis. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.

Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." seperti yang terjadi di Cikeusik (Banten), Bogor dan Temanggung beberapa waktu lalu. Itu merupakan salah satu contoh konkrit dari surat Kartini tersebut. Kartini juga mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.


5. Dewi Sartika


Dewi Sartika dilahirkan di keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dengan Raden Somanagara. Lahir di Bandung, 4 Desember 1884 dan meninggal di Tasikmalaya, 11 September 1947. Meskipun kehidupan sekitarnya masih kuno waktu itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika di sekolah Belanda. Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakah ibunya) yang menjadi patih di Cicalengka. Oleh pamannya itu, ia mendapatkan pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda, sementara wawasan kebudayaan Barat didapatkannya dari seorang nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda.

Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis dan sebagainya, menjadi materi pelajaran saat itu

Usai berkonsultasi dengan Bupati R.A. Martenagara, pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola Istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia-Belanda. Tenaga pengajarnya tiga orang : Dewi Sartika dibantu dua saudara misannya, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid. Murid-murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo kabupaten Bandung.

Setahun kemudian, 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga kemudian pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau. Lokasi baru ini dibeli Dewi Sartika dengan uang tabungan pribadinya, serta bantuan dana pribadi dari Bupati Bandung. Lulusan pertama keluar pada tahun 1909, bahasa sunda bisa lebih mememenuhi syarat kelengkapan sekolah formal.

Pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Pasundan bermunculan beberapa Sakolah Istri, terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Pada tahun 1912 sudah berdiri sembilan Sakolah Istri di kota-kota kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia ke-sepuluh, tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakolah Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki Sakolah Kautamaan Istri tinggal tiga/empat, semangat ini menyeberang ke Bukittinggi, di mana Sakolah Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh. Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakolah Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang berdiri di kota kewedanaan.

Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama menjadi "Sakola Raden Déwi". Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Name

21 April,1,Air Terjun,2,Artikel,35,Cerita Pendek,2,Cerpen,2,Curhat,36,Desain,17,Film,2,Film keren,1,Game Of Thrones,1,GOT,1,Hiburan,8,Ilustrasi,16,Indonesia,2,Kartini,1,Kisah Cinta,1,Kisah romantis,1,Lombok,1,Lukisan Termahal,2,NTT,1,Opini,15,Pahlawan,2,Pelopor,2,Pelukis,2,Perempuan,1,Peringatan hari Kartini,1,Sahabat,4,Sastra,19,Sejarah,1,Serial Fantasi,1,Sketsa,3,Slider,2,Teknologi,4,theWagia,62,Vector,11,Wagia Blog,1,
ltr
item
theWagia: Merekalah "Sang Guru Besar"
Merekalah "Sang Guru Besar"
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp0wXOoE6bDK9dt6hYoI9Gk9wUTKnejWIoi9tBJfaruB0kDDjI-WTvy5_OxSFbIv7PU5QcdAYbC8t39uY3pGYY1CcYJSGrgWTAJ5ZHHCb8TGdB993UbaSt7rCyYJ0_s3UtQjApy2WZq-Y/s640/Pahlawan+Pendidikan.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp0wXOoE6bDK9dt6hYoI9Gk9wUTKnejWIoi9tBJfaruB0kDDjI-WTvy5_OxSFbIv7PU5QcdAYbC8t39uY3pGYY1CcYJSGrgWTAJ5ZHHCb8TGdB993UbaSt7rCyYJ0_s3UtQjApy2WZq-Y/s72-c/Pahlawan+Pendidikan.jpg
theWagia
https://thewagia.blogspot.com/2016/05/merekalah-sang-guru-besar.html
https://thewagia.blogspot.com/
http://thewagia.blogspot.com/
http://thewagia.blogspot.com/2016/05/merekalah-sang-guru-besar.html
true
1103063318436841508
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy